Peralatan Mesin Penetas yang digunakan :
Wafel Thermostat
Hygrometer
Termometer
Sederhana
Tanda "X" dan "O"
Penempatan Telur
pada tray penetasan
incubator FloryFarm
Semua Mesin Penetas Telur yang dijual pasti di sertakan petunjuk tata cara penggunaannya.
Tatapi, perubahan suhu dan kelembaban udara sekitar harus di perhitungkan agar diperoleh hasil penetas telur yang maksimal
Tips Penetasan dan Setelah Penetasan
Tips ini di ilustrasikan dari tulisan dengan sumber berikut dan disesuaikan dengan
keadaan dan keperluan dalam pembahasan di website ini :
UConn College of Agriuculture Signature [8.49KB]
HELPFUL HINTS FOR TEACHERS ON INCUBATION
AND EMBRYOLOGY OF THE CHICK
Memulai Penetasan
Sebelum memulai atau bahkan sebelum berfikir untuk menetaskan telur, kita harus terlebih dahulu mengenal dengan baik incubator atau mesin tetas yang akan dipakai dalam mengerjakan penetasan telur dan persyaratan lainnya seperti :
1. Pilihlah lokasi yang cukup luas dengan tidak terkena panas matahari secara langsung dan tidak terkena angin yang dapat menyebabkan perubahan suhu.
2. Sanitasi adalah hal yang paling penting. Bersihkan incubator dengan campuran larutan Desoderm campur air atau chlorox bleach campur air atau Lysol campur air untuk men-suci hamakan (sterilisasi) incubator.
3. Pelajari buku petunjuk penggunaan incubator atau menanyakan dengan penjualnya secara langsung. Mencoba beberapa jam dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi dari masing masing peralatan pada incubator adalah hal yang harus dikerjakan. Yang pasti, apapun macam incubator yang dipakai pasti memerlukan kalibrasi sesuai standart yang diperlukan untuk digunakan
KALIBRASI
A. Wafer Thermostat (standard yang dipakai oleh Incubator Cemani) dan yang kami pakai pula harus di atur agar mempunyai temperatur di dalam ruang incubator senilai 100-101oF dry bulb temperature, dengan range yang dapat diterima senilai 97-103oF. Lihar manual dari incubator yang dipakai mengenai aturan standard dan caranya. Dalam beroperasi, thermostat akan bekerja berdasarkan kembang-kempis nya wafer yang ada di dalam ruang incubator. Sehingga adalah normal jika ada siklus perbedaan temperatur yang terjadi di pembacaan pada termometer dan ini adalah hal yang normal. Yang harus kita lakukan adalah menjaga dan men-set thermostat agar selalu bekerja pada kisaran angka 100oF atau untuk mudahnya : pertama, perhatikan berapa range atas dan bawah temperatur yang terjadi. Kemudian bagi 2 dan hasilnya tersebut tambahkan dengan standard yaitu 100oF. Dengan demikian maka didapat range yang mempunyai temperatur tengah adalah tepat 100oF. Bila temperatur lebih rendah atau lebih tinggi maka pengesetan thermostat diperlukan. Biasanya pengesetan seperti ini memakan waktu beberapa jam dan dibiarkan atau dicoba selama semalaman agar dapat diyakinkan sistem telah bekerja dengan baik dan sempurna.
B. Kelembaban udara yang diukur dengan Hygrometer didalam ruang incubator haruslah dijaga pada pembacaan menggunakan hygrometer pada kisaran 55-60% untuk 18 hari pertama di incubator, dan 65-70% untuk 3 hari berikutnya. Hal ini menjadi penting karena ke tidak akuratan dalam penerapan kelembaban udara dapat mempengaruhi secara siknifikan keberhasilan dalam penetasan telur. Bila kelembaban udara terlalu rendah maka akan terjadi peningkatan penguapan udara dari kulit telur yang kemudian dapat menyebabkan embrio ayam tidak kuat memecah kulit telur karena lapisan / selaput bagian dalam telur menjadi keras. Dalam hal demikian maka penambahan sebuah nampan dan diisi air diperlukan untuk mencapai kisaran angka yang diperlukan. Sebaliknya jika kelembaban udaranya terlalu tinggi maka penurunan kelembabannya dapat ngan cara mengganti nampan dengan yang lebih kecil atau menutupi sebagian permukaan nampan dengan kertas aluminium foil (sebagai contoh) atau tutup lainnya.
Kalibrasi untuk mesin penetas telur (incubator) pada prinsipnya adalah mengadakan pengetesan sebelum incubator tersebut siap dipakai. Dengan demikian maka pengenalan akan karakteristik mesin dan fungsi dari masing masing alatnya dapat dipahami dengan baik. Sehingga bila ada permasalahan yang terjadi dikemudian hari akan mudah dicari penyelesaiannya disamping hal ini akan meningkatkan keberhasilan dalam penetasan yang menjadi tujuan utamanya.
Jika incubator telah terlebih dahulu dibersihan, disuci hamakan atau di desinfektan dan terakhir di kalibrasi terhadap temperatur dan kelembaban udara maka incubator telah diap diuji coba atau dipakai.
Bila hari pertama memasukkan telur kedalam incubator adalah hari sabtu sebagai contoh, karena tentunya mudah bagi kita yang bekerja untuk mengamati perubahan suhu dan kelembaban udaranya sepanjang akhir pekan yaitu sabtu dan minggu. Maka kita juga dapat mengharapkan bahwa penetasan akan terjadi pada hari sabtu juga pada 3 minggu (21 hari) setelahnya.
Kemudian haruslah dibuatkan sebuah catatan mengenai semua kegiatan mengenai waktu memasukkan telur (tanggal dan jam) serta jumlah telurnya dapat dimasukkan, kemudian waktu menetas dan –3 hari sebelum penetasan termasuk prosentasi hasil penetesan. Tabel terebut juga haruis dilengkapi dengan catatan pemutaran telur minimal 3 kali sehari atau sebaiknya 5 kali sehari dengan waktu pemutaran dapat ditentukan sendiri dan sebagai contoh: jam 06.00, 10.00, 14.00, 18.00 dan 22.00.
PENETASAN TELUR
Setelah incubator selesai di kalibarasi dan anda sudah familier dengan pengoperasiannya, selanjutnya adalah memasukkan telur kedalam incubator.
Ada 5 poin utama yang harus diperhatikan dalam penetasan telur yaitu :
1. Suhu (Temperatur)
2. Kelembaban Udara (Humidity)
3. Ventilasi (Ventilation)
4. Pemutaran Telur (Egg Turning)
5. Kebersihan (Cleanliness).
Setiap poin diatas akan dibahas dibawah ini :
SET-UP
A. Cuci tangan anda sebelum mulai dengan penanganan telur. Ingat kebersihan dan sanitasi yang baik sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan penetasan telur.
B. Operasikan incubator selama beberapa jam atau semalaman sampai anda yakin akan kestabilan incubator yang akan dipergunakan.
C. Jika telur telur tetas yang akan dipergunakan sebelumnya disimpan pada tempat yang dingin maka telur telur tersebut harus dikeluarkan dan di angin-angin atau dibiarkan pada suhu kamar sampai telur-telur tersebut mempunyai suhu yang sama dengan suhu ruangan. Hal ini untuk mencegah kerusakan pada telur itu sendiri dan mempengaruhi pembacaan temperatur dalam incubator akibat terganggunya kestabilan incubator sebagai akibat perbedaan suhu yang mencolok.
D. Bila telur dimasukkan dalam incubator jenis still-air seperti incubator Cemani, maka beri tanda terlebih dahulu pada permukaan kulit telur dengan pinsil Tanda "O" pada satu sisi dan pada sisi lainnya dengan Tanda "X". Hal ini penting untuk penandaan dalam proses pemutaran telur nantinya. Telur setidaknya diputar minimal 3X atau sebaiknya 5X seperti penjelasan diatas. Dibuatnya angka ganjil dalam banyaknya jumlah pemutaran dimaksudkan agar pada satu malam dan malam lainnya salah satu sisi akan mengalami waktu yang sama. Misal malam ini bagian atas tanda “O” maka besok malam tentunya akan menjadi “X”.
E. Tidak ada masalah bila telur telur tersebut saling bersentuhan dalam tray penetasan sepanjang pemutaran dan pemindahan telur dari satu bagian ke bagian lainnya tetap dilakukan. Hal ini mempunyai kepentingan untuk meretakan suhu pada seluruh bagian dari telur tetas dan sebagai koreksi terhadap suhu karena faktor letak telur dalam mesin penetas telur (incubator).
F. Pada tipe forced-air seperti incubator GloryFarm maka telur telur tersebut cukup hanya dimasukkan dalam grid susunan yang telah ada pada Tray. Pemutaran akan terjadi karena pergerakan tuas diatas incubator yang menyebabkan tiap tiap telur akan mempunyai sudut kemiringan 45 tiap waktu pemutaran telur. Hal demikian menjadikan yang jauh lebih mudah dan praktis dalam penanganannya.
SUHU (TEMPERATURE)
A. Suhu atau temperatur yang diukur dengan Termometer memegang peranan yang sangat penting dalam penetasan telur karena hal ini berhubungan dengan faktor perkembangan embrio didalam telur
B. Suhu optimum dalam incubator tipe still-air adalah 102-103oF dan untuk tipe forced-air adalah 100-101oF.
C. Termometer harus diletakkan 2,5 cm (1 inch) diatas wire mesh (tray) incubator atau setara dengan tinggi telur jika diletakkan mendatar. Hal berbeda untuk posisi termometer pada incubator forced-air yang mempunyai temperatur merata di dalam incubator karena menggunakan fan sebagai sirkulasi udara panasnya
Hal yang harus diwaspadai terhadap ketidak normalan temperatur:
1. Temperatur Terlalu Tinggi:
Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh dengan temperatur yang tinggi. Pengoperasian incubator dengan temperatur setinggi 105oF untuk 30 menit akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam.
Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah di syaraf, hati, masalah di peredaran darah, ginjal atau cacat pada kaki, kebutaan dan persoalan lainnya yang menjadilkan anak ayam cacat, lemah dan kemudian mati.
2. Temperatur Terlalu Rendah:
Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama tidak terlalu mempengaruhi dalam embrio kecuali memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal ini terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang.
Jika temperatur lebih rendah dari yang di syaratkan untuk waktu yang agak lama maka hal ini akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya yang berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan yang lambat kalaupun menetas nantinya.
KELEMBABAN UDARA (HUMIDITY)
Kelembaban udara (Humidity) adalah penting karena hal ini untuk menjaga telur dari kehilangan terlalu banyak atau terlalu sedikit kelembabannya selama proses penetasan telur. Kelambaban relative 55-60% untuk 18 hari penetasan telur dan 65-70% untuk 3 hari terakhir.
A. Kelembaban diperoleh dari nampan yang berisi air, atau sponse yang basah dan sejenisnya yang diletakkan dibagian bawah atau dibagian atas tergantung tipe incubator dan settingnya. Tingkat kelembaban udara tergantung dari banyaknya / lebar permukaan air yang ter-expose atau dipengaruhi oleh system incubator itu. Semakin lebar luas permukaannya tentunya semakin tinggi kelembaban yang didapat atau sebaliknya. Dalam beberapa kasus, missal udara terlalu kering, kadang diperlukan menambahkan sponse (busa) pada nampan. Hal ini cukup untuk membantu menaikkan kelembaban udara seperti yang disyaratkan dalam penetasan telur. Bila terjadi hal kelembaban terlalu tinggi malah diharuskan memperkecil nampan, mengurangi luas permukaannya (misal ditutup dengan aluminium foil) atau malah mengeluarkan nampan air dari incubator. Keadaan seperti ini malah sering kami lakukan di tempat kami terutama pada saat musim hujan
B. Dianjurkan untuk tidak atau sesedikit mungkin membuka tutup incubator selama penetasan telur. Hal ini disebabkan karena kelembaban udara akan cepat hilang dengan dibukanya pintu incubator. Bila ini terjadi maka dianjurkan untuk menambahkan air hangat pada nampan agar lebih cepat menguap dan mencapai titik kelembaban yang diperlukan
C. Meneropong telur juga diperlukan dalam melihat dan mengukur perkembangan embrio dan tingkat kehilangan kadar air di dalam telur. Peneropongan sebaiknya dilakukan pada hari ke 7,14 dan 18. Teropong telor dapat dengan mudah dibuat sendiri dengan bahan bahan yang sederhana sejauh cukup sinar yang dihasilkan untuk melihat / menembus kulit telur dan mengintip dalamnya.
D. Setelah hari ke 19, sedikit kondensasi diatas incubator masih diijinkan atau lebuh akuratnya kami menyarankan untuk mengukurnya dengan menggunakan hygrometer. Karena keberadaan alat ini cukup vital dalam kesuksesan penetas telur.
Pada hari ke 19,20 dan 21 atau 3 hari terakhir penetasan, TIDAK DIANJURKAN untuk membuka atau memutar telur. Hal yang diperlukan adalah menjaga temperatur dan tentunya kelembaban udara pada posisi 65% - 70%. Jika kelembaban udara tidak dijaga, hal ini dapat menyebabkan embrio telur terperangkap didalam dan tidak bisa memecah kulit telur dan mati. Pemutaran telur jika dilakukan dapat menyebabkan kehilangan posisi tetas (malposition) dan hal ini juga menjadikan telur gagal menetas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar